Kekurangan Tenaga Kerja Konstruksi di Australia, Kesempatan Baru bagi Pekerja Indonesia

Stanno Yudha Putra Avatar
Kekurangan Tenaga Kerja Konstruksi di Australia, Kesempatan Baru bagi Pekerja Indonesia

Industri konstruksi di Australia tengah mengalami pertumbuhan pesat yang didukung oleh berbagai proyek infrastruktur besar, pembangunan perumahan, serta investasi sektor swasta dan pemerintah. Menurut Australia Construction Industry Report 2025 dari ResearchAndMarkets.com, sektor konstruksi diproyeksikan tumbuh sebesar 3,8% secara riil pada tahun 2025, dan pada periode 2026 hingga 2029 akan tumbuh rata-rata 3% per tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh investasi besar-besaran dalam proyek perumahan dan transportasi, termasuk program Northern Australia Action Plan (2024–2029) senilai AUD30 miliar untuk pengembangan hunian terjangkau dan infrastruktur di Queensland, Western Australia, dan Northern Territory.

Namun, di balik pertumbuhan tersebut, terdapat tantangan besar berupa kekurangan tenaga kerja terampil. The Australian Bureau of Statistics Job Vacancies Survey pada Februari 2024 mencatat bahwa 25% bisnis konstruksi melaporkan adanya lowongan kerja dengan total 279.000 peluang kerja di sektor ini. Sebuah survei yang dilakukan oleh Master Builders pada April 2024 juga menunjukkan bahwa 85% anggotanya kesulitan menemukan pekerja dengan kualifikasi yang sesuai, sementara 66% menyebutkan bahwa kekurangan tenaga kerja merupakan isu paling mendesak yang dihadapi industri. Kondisi ini semakin diperburuk oleh beberapa faktor seperti pensiunnya tenaga kerja berpengalaman, rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke sektor konstruksi, serta dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19.

Laporan dari National Skills Commission bahkan menegaskan bahwa kekurangan tenaga kerja terjadi hampir di seluruh bidang keterampilan konstruksi. Ditambah dengan menua-nya tenaga kerja yang ada, dunia konstruksi Australia menghadapi risiko keterlambatan proyek, meningkatnya biaya, hingga ketidakefisienan operasional jika masalah ini tidak segera teratasi.

Situasi ini membuka peluang yang sangat besar bagi tenaga kerja konstruksi dari luar negeri, termasuk Indonesia. Pekerja Indonesia selama ini dikenal memiliki etos kerja yang tinggi serta pengalaman praktis yang mumpuni di lapangan. Dengan persiapan yang tepat dan sertifikasi resmi yang diakui di Australia, tenaga kerja Indonesia dapat mengisi kekosongan besar yang tengah dialami industri konstruksi di negara tersebut.

Untuk menjawab kebutuhan ini, Indonesia Construction Academy (ICA) mengambil peran penting dengan menghadirkan program pelatihan dan sertifikasi resmi berbasis standar Australia. Melalui kerja sama dengan Signet Institute of Australia, ICA membuka berbagai kelas yang relevan dengan kebutuhan industri seperti Certificate III in Wall and Floor Tiling, Certificate III in Bricklaying and Blocklaying, Diploma of Building and Construction (Building), serta Advanced Diploma of Civil Construction Design. Program ini tidak hanya memberikan keterampilan teknis yang sesuai dengan standar internasional, tetapi juga memberikan sertifikasi yang menjadi tiket resmi bagi pekerja Indonesia untuk masuk ke pasar tenaga kerja Australia.

Dengan pertumbuhan industri konstruksi yang konsisten hingga 2029 dan tingginya kebutuhan tenaga kerja terampil, peluang bagi pekerja Indonesia terbuka sangat lebar. Indonesia Construction Academy hadir sebagai jembatan yang mempertemukan tenaga kerja Indonesia dengan peluang karier internasional, sekaligus mendorong peningkatan kualitas dan daya saing SDM bangsa di kancah global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search

Latest Posts

Categories